A.
Latar Belakang
Perlunya Deklarasi
Masalah yang terjadi di setiap kampus
sebenarnya sama yaitu karena adanya radikalisme yang tumbuh pada diri mahasiswa. Sumpah pemuda
dinilai sebagai mukjizat yang dipersembahkan putra putri Bangsa Indonesia yang
dulunya begitu dijunjung tinggi, namun kini tergerus oleh sikap intoleransi,
separatisme, radikalisme, dan pemberontakan oleh kelompok tertentu dengan cara menghujat dan
memfitnah yang marak terjadi khususnya di dunia maya sebagai politik jangka
pendek. Kampus sebagai lingkungan pembelajaran
yang strategis untuk meraih cota-cita
diharapkan mahasiswanya memiliki kemampuan yang baik untuk mengolah informasi
sehingga mampu membetengi diri dari paham radikalisme dan intoleransi.
Deklarasi kebangsaan dan kuliah akbar
perguruan tinggi se-DIY melawan radikalisme yang di laksanakan pada 28 Oktober
2017 berepatan dengan Hari Sumpah Pemuda yang ke-89. Kegiatan ini
bertujuan untuk mengedukasi masyarakat luas agar agar selalu menjunjung nilai
persaudaraan dan cinta damai meskipun berbeda suku, ras, agama, dan golongan.
Deklarasi ini juga dilakukan sebagai respon atas merosotnya nilai-nilai
Pancasila dan Kebhinekaan Bangsa Indonesia.
Selain
itu tujuan diadakannya kegiatan ini adalah untuk mempertegas sikap Universitas
se-Indonesia untuk melawan radikalisme dan intoleransi yang terus menggerus
bangsa serta menjadi benteng begi Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan
NKRI. Membangun sebuah bangsa tanpa kebencian terhadap suku, agama, ras ataupun
golongan tertentu menuju Indonsia yang damai sebagai syarat utama dalam upaya
memajukan kehidupan sosial politik dan ekonomi bangsa.
B.
Laporan Tentang
Suasana Deklarasi
Menurut saya suasana pada saat
deklarasi kebangsaan dan kuliah akbar
perguruan tinggi se- DIY melawan radikalisme ini cukup kondusif dimana saat itu
tidak ada kerusuhan atau keributan yang terjadi. Pada saat pertama kali masuk
ke Stadon Mandala Krida dibagian pintu masuk
dijaga oleh polisi dengan cukup ketat. Mahasiswa yang datang di kuliah akbar
juga diatur sedemikian rupa pada saat masuk di dalam stadion yaitu dengan
berbaris, lalu menempati tempat yang
sudah disediakan oleh panitia jadi tidak ada mahasiswa yang terpencar. Pada
saat masuk pun mahasiswa yang berbaris di bagian depan membawa papan berisi
nama universitas sebagai identitas serta bendera merah putih sebagai simbol
bahwa Indonesia itu satu.
Namun yang disayangkan adalah saat
menyanyikan lagu-lagu nasional terutama Indonesia Raya dan saat pembacaan
Pancasila masih banyak mahasiswa yang sibuk memainkan HP untuk berfoto,
mengobrol, bahkan ada yang tidak mengikuti kegiatan tersebut.
C.
Pandangan Kawan-Kawan Terhadap Isi Acara
Tersebut
Kegiatan kuliah kabar ini sebenarnya cukup
menarik ditambah lagi orasi diisi oleh para tokoh terkemuka seperti Gubernur DIY yang juga raja Keraton
Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, anggota Forkopimda DIY dan rektor
perguruan tinggi se-DIY. Selain itu acara ini juga dihadiri oleh lebih dari 60
universitas dan 1500 mahasiswa. Namun yang membuat saya sedikit bingung karena
UIN Sunan Kalijaga diwajibkan mendatangkan begitu banyak mahasiswa yaitu
sebesar 1000 mahasiswa. Hal itu karena UIN Sunan Kalijaga mayoritas
mahasiswanya pemeluk agama islam dan aksi radikalisme sering dikaitkan dengan
seorang muslim atau karena ada hal lain?
Meskipun deklarasi kebangsaan dan kuliah
akbar perguruan tinggi se-DIY melawan radikalisme ini dalam pelaksanaannya
cukup kondusif dan materi orasi yang disampaikan cukup menarik, namun menurut
saya kegiatan yang dilakukan kurang efektif jika digunakan sebagai pengembali
iddeologi seseorang yang sudah berubah, tapi jika digunakan sebagai langkah
antisipasi kuliah akbar ini mungkin saja cocok. Radikalisme dapat masuk melalui berbagai media
yang tersembunyi dan terstrukur maupun melalui buku-buku yang berisi paham-paham
tersebut. Menurut saya hal itu sulit diubah apalagi jika ideologi orang itu
memang sudah berubah jauh dari ideologi Pancasila. Seperti kata salah satu
terpidana terorisme Bom Bali, Ali Imron, pada salah satu acara di televisi ia
mengatakan bahwa yang dapat mengembalikan ideology seseoang adalah dirinya
sendiri dibantu oleh orang-orang di kelompok yang sama. Sikap intoleransi juga
tumbuh karena berbagai faktor, seperti primordialisme dan etnosentrisme. Kedua
faktor ini sebenarnya berpengaruh sangat besar terhadap disintegrasi bangsa,
meskipun di atas permukaan hal ini tidak begitu mencolok. Jadi meskipun kuliah
akbar perguruan tinggi se-DIY melawan radikalisme dan intoleransi ini cukup
menarik namun dampak yang dihasilkan akan kurang terasa.
Tetapi yang perlu digarisbawahi adalah
orasi yang dilakukan pada 28 Oktober 2017 kemarin merupakan upaya yang dapat
digunakan untuk mengembalikan semangat nasionalisme pemuda bangsa yang seakan
tergerus oleh perkembangan zaman dan munculnya paham-paham diluar Pancasila.
0 komentar:
Posting Komentar